Rabu, 15 November 2017

TERNYATA INILAH TUJUAN DARI SEXUAL INTELLIGENCE


Albert Einstain pernah mengatakan, jika “sungguh manusia itu haus ilmu pengetahuan”, artinya, manusia selalu ingin mempelajari berbagai hal. Jauh sebelum itu, Plato pun mengatakan jika, “Ilmu pengetahuan adalah makanan bagi jiwa”, yang berarti jika jika setiap manusia juga butuh diberi nutrisi berupa ilmu pengetahuan. Bahkah Khalifah Ali bin Abu Thalib juga pernah mengatakan jika, “Kehormatan manusia adalah pengetahuannya”, artinya, bahwa manusia berilmu menjadi lebih terhormat jika dibandingkan yang tidak berilmu.
Jika dipahami sekilas, mereka mencoba untuk meningkatkan derajat manusia dengan ilmu pengetahuan. Tujuannya agar manusia berbeda dengan hewan yang hanya mengandalkan naluri.
Namun dalam hal percintaan sebagai bagian dari takdir untuk hidup berpasang-pasangan, saya, Bara Susanto, melihat dasar perilaku manusia yang hanya mengandalkan insting atau naluri. Jadi bukan dengan kecerdasan yang tepat untuk percintaan dan kebersamaan. Kesimpulan ini didasari oleh riset yang saya lakukan selama 9 tahun tentang “Pengaruh Perilaku Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam Pencapaian Semua Tujuan Hidup Manusia”.
Kesimpulannya, bahwa selama ini manusia hanya mengandalkan naluri untuk urusan percintaan. Karena masih belum mengembangkan kecerdasan yang tepat dalam percintaan dan kebersamaan.
Sehingga manusia yang “buta cinta” tidak haus ilmu pengetahuan tentang love and relatioship seperti kata Einstain. Manusia juga tidak pernah berusaha memberi nutrisi utuk jiwa saat menganggap cinta itu sendiri adalah nutrisi. Padahal cinta itu sendiri selalu membutuhkan banyak nutrisi untuk menjaganya tetap sehat.
Akibatya, manusia menjelma menjadi mahkluk yang paling rapuh dan mudah dihancurkan oleh cinta ini. karena jiwa yang tidak sehat dan kekurangan nutrisi. Itulah sebabnya manusia selalu binggung saat keindahan cinta itu mulai berubah menjadi masalah yang rumit. Sebuah perubahan yang tidak pernah diharapkannya.
Dan akhirnya, manusia mudah atau bahkan sering sekali kehilangan kehormatannya karena perilakunya sendiri yang buruk dalam percintaan. Tentu saja karena kita tidak pernah memiliki batasan, arah dan tujuan percintaan yang baik. Semua itu terjadi karena manusia tidak memiliki ilmu percintaan dan kebersamaan yang baik.
Hasil riset ini kemudian saya ditulis dalam buku Sexual Intelligence – Basic forRelationship Goals Management, yang menjelaskan tentang Kecerdasan Seksual sebagai dasar manajemen percintaan dan kebersamaan untuk mencapai berbagai tujuan dari sebuah hubungan.
Goals dari buku ini adalah setiap individu yang hidup dengan;
1.      Memiliki kecerdasan yang tepat dalam percintaan dan kebersamaan, sehingga tidak hanya mengandalkan naluri.
2.      Memiliki kesadaran baru dalam seks, sexual dan seksualitas sebagai aktivitas wajib dalam percintaan dan kebersamaan.
3.      Memiliki perilaku dengan batasan, arah dan tujuan yang jelas dalam percintaan dan kebersamaan.
4.      Fokus meraih kebahagiaan dan keharmonisan, mempertahankan kehebatan, serta meraih kesuksesan dan kekayaan. Bukan  hanya fokus pada masalah percintaan.
Ini adalah tentang sebuah revolusi yang benar dalam percintaan dan kebersamaan. Dengan mengajarkan kecerdasan yang paling tepat untuk semua aspek aktivitas percintaan ini. Karena kita hanya mengalami evolusi seksual sejak peradaban ini dibentuk dengan hanya mengandalkan naluri.
Evolusi seksual seperti yang kita alami saat ini digambarkan sebagai roda pembodohan seksual yang terus berputar secara turun-temurun sebagai proses pembelajaran seksual yang salah. Sehingga selama ini manusia hanya mengandalkan sexual instinct. Akibatnya, sexual action menjadi tanpa batasan, arah dan tujuan yang benar yang mendorong manusia hidup dengan perilaku seksual yang salah. Jadi jangan heran jika sexual history yang buruk akan memberikan pengaruh yang buruk bagi masa depan manusia. Ini tentang sexual cause and effect, sebab buruk akan memberikan pengaruh yang buruk pada akhirnya.
Revolusi seksual berbeda dengan evolusi seksual, karena perilaku seksual dilakukan berdasarkan sexual intelligence, bukan hanya mengandalkan sexual instinct. Kecerdasan seksual ini hanya bisa didapatkan melalui sexual building. Metode sexual building mengajarkan tentang seks, seksual dan seksualitas sebagai tiga hal yang berbeda yang bisa diberikan sesuai usia dan kebutuhannya. Efek positif yang terjadi adalah sexual action memiliki batasan, arah dan tujuan yang jelas dalam membangun sexual history yang baik secara mandiri, bersama pasangan, dalam keluarga dan dalam masyarakat. Sehingga jangan heran, jika sexual history yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula bagi masa depan setiap manusia. Ini adalah tentang sexual cause and effect, sebab baik sejak awal akan memberikan pengaruh yang baik pada akhirnya.
Revolusi ini sejalan dengan arti dari Sexual Intelligence itu sendiri. Yaitu kemampuan untuk memahami, melakukan dan menyelesaikan semua hal yang berkaitan dengan seks, seksual dan seksualitas yang melekat seumur hidup berdasarkan tujuh kecerdasan seksual. 7 kecerdasan seksual itu sediri terdiri dari aspek agama, biologis, klinis, psikososial, budaya, finansial dan perilaku.
Jadi Sexual Intelligence bukanlah kecerdasan yang berbau pornografi dan revolusi seksual juga bukan gerakan berbau mesum. Ini hanyalah sebuah proses untuk membangun kesadaran baru dalam hubungan antar manusia yang diikat oleh cinta dengan batasan, arah dan tujuan yang lebih jelas. Agar mampu menciptakan kehidupan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan, kehebatan, kesuksesan dan kekayaan bersama pasangan dan keluarga.

Akhir kata, saya sering sekali mengatakan jika, “Hidup ini sudah sulit, jangan dipersulit lagi dengan urusan percintaan yang tidak jelas”. Tujuannya agar kita lebih fokus untuk mencapai standart kehidupan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan, kehebatan, kesuksesan dan kekayaan. Bukan selalu fokus pada masalah percintaan. 

Baca juga :