Betapa jantannya seorang pria yang berani berkata “I love you” kepada seorang wanita yang
dicintainya. Kemudian berani mengajaknya untuk segera menikah dan membangun
keluarga. Tapi tahukah kamu wahai pria-pria pemberani ... jika kata “I love you” itu memiliki tanggung jawab
yang sangat besar setelahnya! Termasuk juga memiliki hubungan sebab-akibat yang
panjang setelahnya!
Saya Bara Susanto, lovolog dan pakar SI (sexual intelligence)
indonesia, menjelaskan hal ini dalam buku yang berjudul Sexual Intelligence –
Basic for Relationship Goals. Buku ini saya tulis berdasarkan riset panjang
selama 9 tahun tentang “Pengaruh Perilaku Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam
Pencapaian Semua Tujuan Hidup Manusia”.
Bahwa percintaan itu seperti meteran argo taxi. Kata “I love you” ibarat membuka pintu taxi,
dan jika dibalas dengan “I love you too”
argo taxi itu secara otomatis mulai berputar. Semakin mewah taxi-nya, semakin
besar pula biayanya yang jelas bebeda dengan taxi pada umumnya. Semakin jauh
taxi itu berjalan, semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan oleh
seorang pria. Dan urusan finansial adalah kewajiban pria yang bertanggungjawab.
Ini bukan tentang wanita meterialistis yang mengagungkan uang
diatas segalanya. Tetapi ini adalah sebab-akibat dari percintaan – pranikah –
yang memang sudah mulai membutuhkan biaya. Cinta butuh dibiayai untuk terus
menghidupkan api cinta agar tetap menjadi hangat. Urusan finansial ini bahkan
sudah harus terpenuhi sebelum sebelum kata “whould
you merry me?” kepada seorang wanita.
Dan setelah menikah, kecukupan finansial menjadi salah satu faktor
penting dalam kebersamaan, selain keutuhan cinta itu sendiri. Karena ada cinta
yang tetap dibiayai dan sebab-akibat dari cinta (anak dan keluaga) yang juga
membutuhkan biaya. Ini adalah proses panjang bertahun-tahun lamanya setelah
mengucapkan kata “I love you”.
Faktanya, banyak pria yang tidak menyadari bahwa untuk bisa
sekedar mengatakan cinta saja membutuhkan kecerdasan seksual. Terlebih
mengatakannya pada wanita yang tepat. Namun pria terus berjuang mati-matian
untuk hanya sekedar bisa mengucapkan cinta yang dikatakan “buta” ini. Tentu
saja karena ilmu yang digunakan hanya insting. Pokoknya “just do it” itu sudah cukup. Sehingga banyak pria yang menjadi tak
berdaya ketika para wanita sudah mulai menuntut secara finansial.
Padahal finansial ini hanyalah satu aspek saja. Masih ada 6
aspek lainnya yang butuh tanggungjawab yang sama besarnya dari seorang pria. Termasuk
untuk bisa memahami, melakukan dan menyelesaikan berbagai hal yang berhubungan
dengan percintaan dan kebersamaan.
Dalam buku Sexual Intelligence – Basic for Relationship
Goals, saya tegas mengatakan bahwa pria harus memiliki kecerdasan seksual. Karena
ada tujuh aspek penting dalam percintaan yang harus dipahami oleh seorang pria (dan wanita), yaitu; aspek
agama, biologis, klinis, psikososial, budaya, finansial dan perilaku. Ketujuh
aspek dalam percintaan ini secara otomatis menjadi tanggungjawab pria kepada
wanita, seluruh keluarga dan keturunan kelak dikemudian hari hanya karena kata
ajaib “I love you”.
Sebenarnya baik pria maupun wanita wajib memiliki SI sebagai
bekal untuk memikul tanggungjawab atas ketujuh aspek ini secara pribadi maupun
dalam kebersamaan. Namun tetap pria-lah yang memiliki porsi tanggungjawab
terbesar sesuai kodratnya. Sehingga dalam kebersamaan, pria dianggap wajib
untuk memiliki SI agar mampu membangun kehidupan yang lebih bahagia dan
harmonis bersama pasangannya. Serta mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang
terjadi dalam kebersamaan dengan menggunakan SI sebagai dasar panduan yang
baik.
Karena bijaksana itu adalah memahami, melakukan dan menyelesaikan
sesuatu sesuai dengan kecerdasannya. Dan Sexual Intelligence adalah kecerdasan
yang paling tepat dalam percintaan dan kebersamaan.
Baca juga: