Saat ini memang zamannya generasi milenial atau gen Z. Saya
sebagai generasi Y awal – lahir 1977 – berfikir betapa beruntungnya menjadi anak
milenial. Karena mereka tumbuh di zaman yang serba lengkap dan moden. Semua
fasilitas yang ada di zaman ini sungguh memudahkan berbagai aktivitas yang
ingin dilakukan.
Intinya mau ngapain aja menjadi mudah. Hal ini berbeda dengan
generasi saya dan bahkan generasi sebelum saya yang hidup dengan fasilitas ala
kadarnya. Namun sebenarnya saya termasuk generasi yang juga beruntung. Karena
saya bisa menikmati dua zaman yang berbeda. Zaman TV tabung hitam putih yang
tebal dan zaman TV plasma yang menjadi tipis.
Kini, saya sedang menikmati zaman dimana anak milenial mulai
tumbuh dengan bantuan IT. Mau ngapain aja - mau belajar apa aja, semua juga
siap tersaji dilayar smartphone-nya masing-masing. Sehingga siapapun memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi pintar melalui model belajar yang kekinian
ini. Beberapa jenis kecerdasan pun mulai tumbuh sesuai dengan aktivitas yang
dibutuhkan. Sehingga anak zaman sekarang memiliki multi-intelligence untuk berbagai aktivitas.
Namun sungguh benar prediksi saya sepuluh tahun yang lalu.
Yang akhirnya menghantarkan saya untuk melakukan riset panjang selama tentang “Pengaruh
Perilaku Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam Pencapaian Semua Tujuan Hidup
Manusia”. Bahwa selama ini ada kekosongan ruang kecerdasan manusia. Bahkan
untuk orang yang kecerdasannya paling sempurna sekalipun, atau setidaknya bagi
Anda yang merasa sempurna.
Kekosongan yang saya maksud adalah tidak dimilikinya sebuah
kecerdasan untuk menjalani percintaan sebagai sebuah aktivitas yang bersifat
kompleks. Sehingga manusia masih saja tidak berdaya jika harus berhadapan
dengan si Cinta ini.
Baca juga : Mengapa Kita Tidak Memiliki Kecerdasan Seksual
Kecerdasan itu kemudian saya deskripsikan sebagai Sexual
Intelligence atau Kecerdasan Seksual yang dibukukan dengan judul Sexual
Intelligence – Basic for Relationship Goals Management. Buku ini merupakan
nutrisi bergizi untuk mengisi kekosongan kecerdasan itu. Buku ini berisi
jawaban atas pertanyaan tentang percintaan yang belum pernah terjawab secara
sistematis dan mudah untuk dipahami selama ini.
Buku SI juga menjawab teori adanya kebahagiaan dan kekecewaan
dalam percintaan. Saat cinta mulai membara, kebahagian cinta akan membakar IQ
dengan sekejab dan kemudian menghapus logika itu. Sehingga semua hal sudah
tidak bisa dilogikakan lagi. Sebaliknya, saat cinta mulai padam, kekecewaan cinta
akan kembali membakar IQ lebih parah dan kemudian menghanguskan logika itu.
Sehingga semua hal menjadi halal dilakukan untuk kembali
mendapatkan kebahagiaan cinta yang hilang. Saat menjalani kehidupan kebersamaan
yang perbandingannya 50:50 antara kebahagiaan dan kekecewaan pun, IQ dan semua
kesempurnaan manusia juga terbukti gagal untuk mengembalikan kebahagiaan kembali
menjadi 100% seperti di awal percintaan. Saya yakin Anda pun memahami, jika
banyak juga yang berakhir dengan 100% kekecewaan, penderitaan dan perpisahan.
Artinya yang kita lakukan selama ini hanyalah mengandalkan
“naluri” untuk tetap menjalani percintaan dan kebersamaan dalam kehidupan ini. Inilah kekosongan kecerdasan itu.
Kebahagiaan dalam percintaan ternyata memberikan kesempatan
yang lebih besar daripada manusia yang tidak bahagia percintaannya. Kebahagiaan
memberikan kesempatan untuk selalu fokus mewujudkan impian. Sedangkan hidup
dalam percintaan yang tidak membahagiakan akan menjadikan kita selalu fokus
pada masalah dan solusi dari masalah percintaan.
Jadi inilah yang saya maksud dengan betapa beruntungnya pada
anak milenial. Karena saat ini, mereka hidup dengan kecerdasan yang lengkap
untuk mempercepat meraih kesuksesan dalam berbagai hal. Berbagai kecerdasan yang
telah dimiliki sangat berguna dalam karir dan bisnis untuk mencapai standart
kesuksesan finansial yang diinginkan. Sedangkan Sexual Intelligence berguna
dalam kehidupan percintaan, pernikahan dan kebersamaan yang pernuh kebahagiaan
dan keharmonisan.
Mereka, para generasi milenial adalah generasi yang sempurna
dimasa depan.
Baca juga :