Selasa, 13 Maret 2018

Perbedaan Lovologi, Psikologi dan Seksologi

about lovology, psychology and sexology


Saat berbicara tentang lovology, mereka selalu bertanya dengan spontan. Apa hubungannya dengan psikologi? Sebagian lagi bertanya, apa hubungannya dengan seksologi?

Jadi perlu kiranya saya menjelaskan perbedaan dan persamaan ketiganya. Termasuk juga hubungan antara ketiganya, meskipun memang tidak berhubungan secara langsung. Psikologi dan seksologi merupakan ilmu sudah menjadi bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan modern sejak lama. Sedangkan lovologi sendiri adalah istilah yang baru saja terpublikasi di 2018.

Ketiganya sebenarnya mempelajari tiga studi ilmiah yang sama. Yaitu tentang seks, seksual dan seksualitas. Namun masing-masing tujuan yang berbeda sebagai goals dalam metode pengajarannya.

Disisi lain, seorang psikolog seringkali menjelaskan dengan berbelit-belit dan tidak masuk pada substansi bahasan seks, seksual dan seksualitas. Tentu saja karena psikologi tidak fokus membahas seks, seksual dan seksualitas. Sedangkan seksolog selalu saja menggunakan bahasa-bahasa akademis dalam dunia kedokteran yang tidak mampu dicerna oleh khalayak umum. Memang tidak ada yang salah dalam setiap penjelasannya, namun kita seringkali tidak mampu memahami. Hingga akhirnya hal baik ini tidak tersampaikan dengan baik. Sayang kah..?

Di era yang sudah sangat modern ini, lovologi sepertinya mampu membantu psikolog dan seksolog untuk mengajarkan seks, seksual dan seksualitas dengan lebih luwes. Karena lovologi memang fokus mempelajari tentang love and relationship goals management yang selalu berhubungan dengan berbagai aktivitas seks, seksual dan seksualitas. Termasuk hubungan sebab-akibatnya.

Dengan bahasa kekinian yang sederhana dan mudah dimengerti, bahasan tentang seks, seksual dan seksualitas menjadi tidak ada yang tabu dalam lovologi. Bahkan ketiganya sudah mampu diajarkan dengan mudah sesuai usia dan kebutuhannya. Dalam pengajarannya pun, lovologi sudah sangat sistematis dan bersifat universal.

Artinya, lovologi tidak berdiri sendiri. Lovologi bisa menjadi pendukung dari psikologi dan seksologi dalam metode pengajaran kepada khalayak umum. 


Berikut uraian singkat tentang lovologi, psikologi dan seksologi;

LOVOLOGY
Lovology adalah ilmu yang fokus untuk mempelajari tentang love and relationship goals management. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ilmu yang mempelajari tentang manajemen percintaan dan kebersamaan serta berbagai tujuan atas keduanya.

Lovology berasal dari kata Lov yang berarti cinta dan Ology atau Logos (bahasa Yunani) yang berarti ilmu. Para praktisi di bidang lovologi disebut sebagai lovolog yang berusaha mempelajari pola perilaku seks, seksual dan seksualitas serta hubungan sebab-akibatnya dalam pencapaian semua tujuan hidup manusia.

Lovology pertama kali dipublikasikan oleh Bara Susanto pada tahun 2018 setelah melakukan riset selama 9 tahun tentang “Pengaruh Perilaku Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam Pencapaian Semua Tujuan Hidup Manusia”. Karena ketiga aktivitas ini memiliki hubungan sebab-akibat yang luas dalam semua aspek kehidupan manusia. Sebab yang baik akan berakibat baik dan begitu juga sebaliknya.

Riset inilah yang kemudian bisa membuka khasanah ilmu pengetahuan terpenting dalam siklus kehidupan manusia yang selama ini terkubur dalam-dalam hanya karena dianggap tabu dan penuh pornografi. Karena pada akhirnya, lovology menjadi metode pengajaran tentang percintaan dan kebersamaan tanpa melibatkan unsur pornografi. Juga menjadi ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari secara sederhana, jelas, sistematis dan bersifat universal.

Kini love and relationship telah menjadi bagian dari studi penting di abad ini yang harus terus dipublikasikan dan diajarkan seiring dengan perkembangan peradaban manusia yang semakin maju. Karena dalam love and relationship, manusia harus hidup dengan kecerdasannya, bukan hanya mengandalkan insting.

Tujuan dari Lovologi adalah untuk digunakan membantu memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan percintaan secara pribadi dan hubungan kebersamaan sebagai aktivitas bersama. Termasuk hubungan sebab akibat dari keduanya. Membantu untuk menentukan goals atas percintaan dan kebersamaan, serta mengelola ketiganya.

Jadi jika ingin berbicara tentang love and relationship, Ilmu yang tepat itu adalah Lovology dan Kecerdasan yang tepat itu adalah (SI) Sexual Intelligence.

PSIKOLOGI
Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan tentang perilaku, fungsi mental dan proses mental manusia secara ilmiah. Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang, Psikologi baru resmi diakui sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, setelah Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Universitas Leipzig, Jerman. Ilmu psikologi menjadi lebih berkembang setelah Sigmund Freud, seorang dokter berkebangsaan Austria  mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis yang digunakan hingga sekarang.

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: PsychÄ“ yang berarti jiwa dan logia yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Para praktisi di bidang psikologi disebut sebagai psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku.

Psikologi merupakan ilmu yang sangat luas dan berhubungan dengan berbagai hal dalam berbagai kajian. Salah satunya adalah Psikologis Klinis sebagai penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

Nah... salah satu yang dipelajari memang berhubungan dengan seks, seksual dan seksualitas. Namun tidak fokus mempelajari ketiga hal ini, karena banyak subjek yang dipelajari dalam psikologis klinis.

Tujuan dari Psikologis Klinis adalah untuk digunakan membantu pemulihan kesehatan mental dan ketegangan emosi seseorang yang mengalami kesulitan memecahkan masalah psikologis yang dihadapi sering memanifestasi dalam bentuk keluhan fisik. Artinya selain mendapatkan perawatan medis, seorang pasien juga membutuhkan pendapingan dari psikolog klinis. 

SEKSOLOGI 
Seksologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seks, seksual dan seksualitas secara biologis, klinis, sosiobudaya, psikososial dan perilaku. Seksologi sendiri merupakan bagian dari ilmu kedokteran. Entah ini deskripsi yang benar atau tidak. Karena cukup sulit menemukan deskripsi yang tepat untuk seksologi dalam berbagai artikel online. Bahkan wikipedia versi indonesia dan inggris pun menjelaskannya secara berbeda.
Mungkin karena seksologi adalah ilmu yang sulit, sehingga mendefinisikannya pun menjadi sulit. Dan akhirnya, mengajarkan ilmu yang baik ini tentang seks, seksual dan seksualitas ke khalayak umum pun menjadi lebih sulit lagi. Karena para praktisi seksologi atau disebut juga seksolog selalu menggunakan bahasa yang terlalu akademis.
Pada tahun 1886, Richard Freiherr von Krafft-Ebing menerbitkan Psychopathia Sexualis. Pekerjaan itu dianggap awal penetapan seksologi sebagai disiplin ilmiah. Dan hingga kini, seksologi berkembang dengan berbagai topik penelitian. Meliputi, pengembangan seksual (pubertas), orientasi seksual, identitas gender, hubungan seksual, aktivitas seksual, paraphilias, minat seksual atipikal. Ini juga mencakup studi tentang seksualitas sepanjang umur, termasuk seksualitas anak, pubertas, seksualitas remaja, dan seksualitas di kalangan orang tua. Seksologi juga mencakup seksualitas di antara orang cacat mental dan / atau fisik. Studi seksologis tentang disfungsi seksual dan gangguan, termasuk disfungsi ereksi, anorgasmia, dan pedofilia, juga merupakan masalah utama.
Tujuan dari seksologi adalah untuk digunakan membantu memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan seks, seksual dan seksualitas dalam hubungannya dengan dunia medis. Yang kemudian bisa dihubungkan dengan kebutuhan aspek lainnya.
Nah... sudah jelaskan tentang perbedaan dan persamaan dari lovologi, psikologi dan seksologi. Semoga gak binggung lagi ya...